Pemanasan Global / Global Warming / 地球温暖化

solusi yang dapat di terapkan mngkin dengan membuat peraturan yang di sepakati secara internasional terkait tentang penggunaan bahan bakar fosil dan kita juga dapat melakukan penanaman kembali agar pohon dapat menyerap polusi

Penyebab Pemanasan Global. Adanya gas rumah kaca ini terjadi karena pembakaran minyak bumi. Bahan bakar batu bara dan juga pembakaran gas alam. Semua hal tersebut menyebabkan adanya pemanasan yang terpantul tidak diteruskan ke luar angkasa, tapi kembali lagi ke bumi.

sulit agar apa yang dilakukan manusia tidak terjadi global warming, yang bisa dilakukan sekarang hanya meminimalisir atau memperlampatnya saja. Misalnya dengan cara mengurangi penggunaan plastik dan tidak menyalakan lampu disinag hari.

  • Menggunakan Kendaraan Ramah Lingkungan: Pertimbangkan untuk beralih ke kendaraan listrik atau kendaraan dengan emisi rendah. Juga, praktik berkendara yang hemat bahan bakar, seperti berkendara hemat energi dan berbagi kendaraan.
  • Menghemat Energi: Tingkatkan efisiensi energi di rumah Anda dengan mengganti lampu dengan lampu LED, memasang perangkat hemat energi, dan memastikan rumah Anda terisolasi dengan baik.
  • Menggunakan Energi Bersih: Jika memungkinkan, pilih sumber daya energi yang bersih seperti energi surya atau angin untuk memenuhi kebutuhan energi Anda.

Penggunaan energi listrik yang tidak bijak juga merupakan salah satu pemicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena sebagian besar listrik diproduksi menggunakan batu bara, gas alam, dan minyak bumi.

Untuk diketahui, pembakaran batu bara pada pembangkit listrik di AS mampu menghasilkan sekitar 2 miliar ton emisi karbon dioksida per tahun. Bahkan, emisi karbon dioksida yang disumbang dari sektor tersebut disinyalir mencapai 40 persen.
Selain pembangkit tenaga listrik, pemborosan penggunaan alat elektronik dalam rumah tangga pun turut berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini karena gas berfluorinasi (fluorinated gas) yang dihasilkan alat elektronik memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, yakni 23.000 lebih besar dari karbon dioksida.
jika kendaraan listrik terus dikembangkan bukankah akan menjadi pemakaian tenaga listrik yang berlebihan sehingga memicu terjadinya global warming???

kata “parah” dapat menjadi relatif, banyak ilmuwan iklim menganggap pemanasan global sebagai ancaman serius bagi lingkungan, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan manusia.

Pemanasan global telah menyebabkan kenaikan suhu rata-rata permukaan Bumi, pelelehan es kutub, kenaikan permukaan laut, perubahan cuaca ekstrem, dan dampak serius lainnya. Terutama, spesies-spesies yang rentan menghadapi tekanan besar akibat perubahan habitat dan kondisi lingkungan yang semakin ekstrem. Ini dapat mengancam eksistensi sejumlah spesies.

Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi manusia dengan cara yang signifikan, termasuk risiko kesehatan, keamanan pangan, ketahanan air, dan dampak ekonomi. Pemanasan global juga berpotensi memicu migrasi paksa dan konflik atas sumber daya.

Karena dampak-dampak yang telah terlihat dan yang diprediksi dalam beberapa dekade mendatang, banyak pihak berpendapat bahwa pemanasan global adalah ancaman serius bagi eksistensi makhluk hidup, termasuk manusia. Oleh karena itu, penting untuk terus berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil tindakan mitigasi yang efektif untuk memperlambat pemanasan global dan melindungi lingkungan serta ekosistem Bumi.

The unusually rapid increase in Earth’s average surface temperature over the past century primarily due to the greenhouse gases released as people burn fossil fuels.

Perusahaan dan sektor swasta memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengatasi pemanasan global, beberapa cara di mana mereka dapat berkontribusi:

  1. Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca: Perusahaan dapat mengurangi jejak karbon mereka dengan mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan, seperti menghemat energi, mengadopsi teknologi ramah lingkungan, dan memperbaiki efisiensi energi dalam operasi mereka. Investasi dalam sumber energi terbarukan juga merupakan langkah positif.
  2. Transparansi dan Pelaporan: Perusahaan dapat meningkatkan transparansi dengan mengungkapkan emisi gas rumah kaca mereka dan mengikuti praktik pelaporan yang sesuai, seperti kerangka kerja Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD).
  3. Berinvestasi dalam Inovasi Hijau: Perusahaan dapat mendukung penelitian dan pengembangan teknologi hijau yang dapat membantu mengurangi emisi di sektor-sektor kritis seperti energi, transportasi, dan pertanian.
  4. Kerjasama dengan Pemerintah: Kerjasama antara perusahaan dan pemerintah dapat membentuk kebijakan yang mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon. Ini bisa mencakup insentif pajak, peraturan, dan program dukungan.
  5. Mengintegrasikan Pertimbangan Iklim dalam Pengambilan Keputusan: Perusahaan dapat memasukkan pertimbangan iklim dalam semua tahap pengambilan keputusan bisnis mereka, termasuk perencanaan strategis, rantai pasokan, dan pengembangan produk.
  6. Sertifikasi Lingkungan: Mendapatkan sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001 atau LEED dapat membantu perusahaan membuktikan komitmennya terhadap praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan.
  7. Pendanaan Proyek Hijau: Melalui investasi dan pendanaan proyek-proyek yang berfokus pada energi terbarukan, konservasi alam, atau mitigasi emisi, perusahaan dapat mendukung proyek-proyek yang membantu mengatasi pemanasan global.
  8. Pendidikan dan Kesadaran Karyawan: Melibatkan karyawan dalam upaya berkelanjutan dan memberikan pendidikan tentang perubahan iklim dapat meningkatkan kesadaran dan keterlibatan mereka dalam usaha mengatasi pemanasan global.
  9. Mendorong Konsumen: Perusahaan dapat mendidik konsumen tentang produk dan layanan yang ramah lingkungan serta mengembangkan produk-produk yang lebih berkelanjutan untuk memenuhi permintaan pasar yang tumbuh.
  10. Kolaborasi dengan Organisasi Non-Pemerintah (LSM): Kerjasama dengan LSM yang berfokus pada lingkungan dapat membantu perusahaan mengembangkan inisiatif yang lebih berdampak.

Perusahaan dan sektor swasta memiliki kekuatan besar dalam mengubah arah menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dengan komitmen yang kuat dan tindakan nyata, mereka dapat menjadi mitra penting dalam upaya global untuk mengatasi pemanasan global dan menjaga lingkungan alamiah kita.

Pemanasan global membuat jumlah air pada atmosfer meningkat yang kemudian meningkatkan curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan dapat meningkatkan jumlah sumber air bersih, curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut. Pemanasan global diperkirakan akan meningkatkan curah hujan ekstrem, namun laju terjadinya hal ini di daerah tropis masih belum jelas. Kini sebuah penelitian dari MIT telah memberikan perkiraan berdasarkan model simulasi dan pengamatan: Dengan setiap kenaikan suhu sebesar 1 derajat Celcius, penelitian tersebut menemukan, wilayah tropis akan mengalami curah hujan ekstrem sebesar 10 persen lebih lebat, yang mungkin berdampak pada banjir di wilayah berpenduduk padat. Dan untuk masalah pangan ini penjelasannya. Pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim secara ekstrim terlanjur dituduh sebagai biang kerok krisis pangan. Iklim dan cuaca yang sudah tidak mampu lagi diprediksi keberadaannya menjadikan sebagian besar lahan pertanian produktif tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Banjir, kekeringan, tanah longsor, sapuan angin topan, gempa dan tsunami telah menghadirkan kegagalan panen. Secara global, laporan dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPPC) juga menyebutkan, perubahan suhu rata-rata yang terjadi belakangan ini berdampak pada menurunnya produksi pangan

Penggunaan energi listrik yang tidak bijak juga merupakan salah satu pemicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena sebagian besar listrik diproduksi menggunakan batu bara, gas alam, dan minyak bumi.

Untuk diketahui, pembakaran batu bara pada pembangkit listrik di AS mampu menghasilkan sekitar 2 miliar ton emisi karbon dioksida per tahun. Bahkan, emisi karbon dioksida yang disumbang dari sektor tersebut disinyalir mencapai 40 persen.
Selain pembangkit tenaga listrik, pemborosan penggunaan alat elektronik dalam rumah tangga pun turut berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini karena gas berfluorinasi (fluorinated gas) yang dihasilkan alat elektronik memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, yakni 23.000 lebih besar dari karbon dioksida.
jika kendaraan listrik terus dikembangkan bukankah akan menjadi pemakaian tenaga listrik yang berlebihan sehingga memicu terjadinya global warming???